Jika tidak sedang menonton, anda pasti sedang ditonton. Sebab drama adalah anda, saya dan secuil ruang dunia yang sedang kita bagi ini....
20 Desember 2007

26 Desember Itu...


Dibalik Cerita
26 Desember 2004. Bangun tidur lalu nonton TV, kaget karena semua channel dipenuhi berita tentang terjadinya tsunami. "Ada apa..? Tsunami..! Di mana..?" tapi pertanyaan-pertanyaan akibat melek belum sempurna itu gak berlangsung lama. Saya segera paham telah terjadi bencana dahsyat di Aceh, gempa dan tsunami. Tapi....?

Merinding saya menyaksikan video kiriman yang diputar di sana. Percaya atau tidak, air mata saya benar-benar meleleh sebelum saya sadari sendiri. Hampir seharian saya duduk di depan TV mengikuti setiap perkembangan dengan isi kepala berkecamuk. Aceh, saya punya banyak sekali sahabat di sana. Bersamaan dengan itu, dari TV yang sama, lamat-lama saya mendengar lagu "Dari Sabang Sampai Merauke" diputar.

Tiba-tiba saya berpikir, entah gimana awalnya; "Apakah saudara-saudara di Papua sana sekarang juga nonton TV dan menangis sedih seperti saya ya...?" Mengingat, sahabat saya yang tinggal di sana pun nggak sedikit.

Nggak sabar menunggu jawaban, saya SMS beberapa teman di Papua tentang pertanyaan ganjil saya itu. Ada yang menjawab "Ya Iya laah...!". Yang lain membalas, "Hanya orang sakit jiwa kali, yang nggak ikut sedih...!"

Entah kenapa, tiba-tiba saya merasa seperti menemukan sesuatu yang baru dari Tuhan. Bahwa seandainya setiap orang di dunia ini menanggalkan segala atribut pribadinya seperti bendera, ras, suku, agama, club sepakbola, dan sebagainya, maka sesungguhnya seluruh manusia sudah dipersatukan oleh rasa, tanpa perlu kampanye apalagi maksa.

Dari situ, jadilah "DESEMBER'26" beberapa lembar screenplay yang kemudian kami produksi dengan perjuangan luar biasa untuk menjadikannya sebuah film. Harapan besar kami, semoga semua itu bermanfaat untuk dunia, untuk Indonesia, dari Sabang sampai Merauke...


Cerita
Dibalik
Mustahil mengeksekusi ide awal yang ada set
ting Papua. Titik. Yup! Emang dananya dari Hongkong...( kok, kenapa nggak Jakarta aja sih? Hehe..). Maka mengulik cerita harus dilakukan. Jadilah Jogja dan dinamika para mahasiswanya menjadi setting utama, dengan focus point pada mahasiswa asal Papua di sana. Anak muda dengan berbagai ciri jiwa mudanya menjadi pilihan kami untuk merangakai plot cerita menjadi lebih dinamis namun tetap natural.

Siang-malam selama tiga minggu kami habiskan untuk persiapan, casting, reading dan rehearsal. Kami lebur bersama lebih dari 80 orang pemain dari berbagai suku, ras, agama dan profesi termasuk kelompok-kelompok dancer yang luar biasa itu. Kerjasama yang sangat indah, menurut saya.

Besok pagi shooting, schedule sudah tersusun rapi. Tiba-tiba ada beberapa teman dari Papua yang datang sekitar jam 4 sore. Mereka sedikit mengkomplain beberapa bagian dalam content naskah. Mereka cukup terbuka, menurut saya. Kami pun berdiskusi berjam-jam. Cukup melelahkan tapi terasa asyik dan ilmiah. Finally, saya setuju untuk merubah beberapa point di dalam naskah itu sebelum shooting.

Lagi, malam itu saya berkutat dengan screenplay, membolak-balik cerita dan dialog. Belum lagi astrada yang juga kembali pusing harus bergumul lagi dengan shooting schedule yang otomatis jadi berubah total.

Sampai pagi, dan kami shooting sebelum tidur...

________________________

Judul : DESEMBER'26

Genre : Drama-tragedy-humanity
Production : Xcode & Zerosith
Writer & Director : Sigit Ariansyah

_______________________________
For more detail please visit
http://desember26film.blogspot.com


DESEMBER'26 TRAILER

Simply inspired by the Indonesian national song "Dari Sabang Sampai Merauke", It's a short film about union and humanity, smartly used Aceh Tsunami 2004 ago as the simple story background in a difference point of view from Papua students.

Title: 26 Desember Itu...; Written by Sigit Ariansyah; Rating: 5 dari 5

1 komentar:

  1. The movie Looks great.
    they're all Indonesian?
    success for you friend.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis

follow