Jika tidak sedang menonton, anda pasti sedang ditonton. Sebab drama adalah anda, saya dan secuil ruang dunia yang sedang kita bagi ini....
17 Maret 2008

Blueberry Pie Rasa Hongkong

Andai tanpa sengaja saya lewat glodok dan melirik film ini lewat pesawat TV yang dijual di sana, 5 menit saja, dijamin saya akan tau bahwa ini gambar ciptaan Wong Kar Way. Setelah lebih dari setengah jam saya melototin film ini, seringkali saya lupa bahwa semua settingnya ada di Amrik. Masih untung pemain-pemainnya berwarna dan berstruktur tulang bule serta tidak berbahasa Canton

Hanya itu yang mengganjal di pikiran saya. Di luar angle-angle puitis, extreme close up, permainan refleksi cermin, slow motion seperti biasa, Wong Kar Way masih sedikit berbahasa asalnya dalam gambar-gambar My Blueberry Nights. Nuansa merah saga itu masih begitu berbicara meningkahi dark-blue yang dipilih untuk suasana malam Barat yang berkabut, tidak lagi dari kepulan asap dan sinar bohlam remang-remang milik penjual makanan kaki lima di pinggiran Hongkong.

Bergaya story-telling narrative seperti biasanya, Wong berusaha menganalogikan pergulatan Elizabeth (Norah Jones) yang berbagi kegelisahan dengan seorang pemilik cafe bernama Jeremy (Jude Law) melalui medium Blueberry Pie bertabur Vanilla Ice Cream yang tidak disukai orang dan selalu tersisa tiap kali café tutup.

Elizabeth yang gusar mempertegas kecemburuan batinnya saat Jeremy mengiyakan pertanyaan bahwa pacarnya sering datang ke cafe itu bersama wanita lain.

“Apa ia lebih cantik? Lebih sexy? Ataukah aku terlalu buruk...?”

Semua itu oleh Wong Kar Way ditarik menjadi sebuah perpisahan panjang untuk menguak jawaban bagi Elizabeth melalui pertemuannya dengan berbagai karakter lain dengan pergulatan problematika berbeda, diantaranya, Arnie (David Strathairn), Sue Lynne (Rachel Weisz), Leslie (Natalie Portman), Katya (Chan Marshall) di kota lain, namun tetap sama-sama di cafe.

Sepertinya Wong kesulitan menemukan muara baru (selain cafe, offcourse!) bagi pergumulan karakter-karakternya. Memang, ada scene jalanan padang rumput Amerika ala Hollywood style. Beberapa kali, karakter Sue Lynne beserta problematika keluarganyalah yang justru banyak menyadarkan saya bahwa ini setting di Amerika. Namun masih ada beberapa dramatic-response terasa tragic dan melancholic khas Wong Kar Way yang sulit untuk saya terima bahwa itu dilakukan oleh Americans in America.

Memang, Blueberry Pie bertabur Vanilla Ice Cream yang kurang laku itu hanyalah soal selera. Pada akhirnya justru sisa-sisa Vanilla Ice Cream yang belepotan di bibir Elizabeth itu benar-benar menjadi medium yang cerdas bagi Wong untuk menciptakan adegan kissing dari hi-angle yang sangat sexy. Meski untuk itu memerlukan penantian panjang sebelumnya. Seperti penantian kevakuman penonton yang saya bayangkan untuk film yang berjalan lambat ini memang terlalu lambat untuk sebuah film commercial yang tentunya diharapkan mengeruk dolar.

Overall, Wong Kar Way tetap menjadi dirinya yang luar biasa berpengaruh bagi banyak filmmaker dunia, khususnya art film.. Gambar-gambar puitis, iconic, beat-beat sensual pada backsoundnya, terobosan cahaya blue-nite yang romantis, dan entah apalagi yang akan keluar dari kepalanya setelah ini.

And I’ll be waitin’...

Title: Blueberry Pie Rasa Hongkong; Written by Sigit Ariansyah; Rating: 5 dari 5

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis

follow