Jika tidak sedang menonton, anda pasti sedang ditonton. Sebab drama adalah anda, saya dan secuil ruang dunia yang sedang kita bagi ini....
17 November 2010

UNFOLLOW AJJAHH...

Setelah menahan-nahan beberapa lama, akhirnya saya gak kuat juga untuk nggak nulis uneg-uneg ini.
Jadi masalahnya begini (halah). Twiiiiteeerlaaaand..... 

Ya, untuk sekian kalinya, semalam saya membaca ocehan 140 karakter yang kurang/lebihnya berbunyi begini: "Kalo gak suka pendapat saya, silahkan unfollow saja..!"

Sekilas ga ada masalah dengan tweet-tweet begitu. Tapi lama-lama saya kok ngerasa kurang sreg juga dengan lagak seperti itu. Kesannya, dia mau seenak-enaknya ngomongin public-contents sementara publik nggak boleh protes. Dan lagi, kesan saya orang seperti itu terjebak sedang menilai dirinya sendiri terlalu tinggi. Kasian. 

Biasanya, bencana dimulai saat si pemilik akun tersebut berteori atau sekedar mengkritisi sesuatu hal yang terjadi, tentu saja dalam 140 karakter. Setelah beberapa kali posting, tiba-tiba ada yang protes atau tidak sependapat dengan tweet dia. Nah, dengan nada sedikit nyolot, muncullah tweet sinis untuk mempersilahkan unfollow itu.

Memang orang-orang yang suka berbu-tweet seperti itu rata-rata memiliki follower bejibun. Baiklah, itu keren. Tapi itu belum membuat dia huebat kan? dan bukan itu masalahnya. Saya paham kalau hampir semua berdiplomasi bahwa twiter adalah ruang atau rumah pribadi. Jadi semua orang bebas berbicara apapun di rumah sendiri, lalu dia berhak marah saat ada orang asing datang mengacak-acak privasinya.

Hoho..hmmm... Maaf geli sejenak. Mmm.. gimana ya..? Sebab analogi itu tidak sepenuhnya pas. Memang itu mulut anda, jari anda, diatas keyboard computer anda pribadi, apalagi di akun pribadi anda pula. Tapi anda lupa bahwa konten pembicaraan anda adalah milik publik. Apalagi anda sedang mengkritisi misalnya, acara TV, kebijakan pemerintah, apalagi agama. Ya siap-siap aja ada yang gak setuju, dan itu harus anda pertanggung jawabkan dengan diskusi yang asyik, bukannya marah-marah terus nyuruh unfollow.

Baiklah, analogi bodohnya begini. Anda punya kebebasan penuh untuk berteriak-teriak tentang apapun di teras rumah anda sendiri. Saya definitely setuju tanpa ragu. Tapi gimana jika isi teriakan anda itu adalah mencaci-maki bahwa orang-orang kampung sekitar anda semuanya busuk, misalnya. Maka menurut saya, sebaiknya anda bersiap babak-belur exactly di properti pribadi anda sendiri. Betuull?

Eits... jangan salah.. Saya juga termasuk orang yang memuja kebebasan berpendapat. Tapi saya juga sedikit/banyak paham ada sebuah dalil Ushulul-Fiqh yang berbunyi; --Kebebasan Kita Akan Selalu Berbenturan dengan Kebebasan Orang Lain-- Artinya, mulut kita bebas berteriak sekencang atau sejorok apapun yang kita mau. Tapi jangan lupa, telinga tetangga kita juga memiliki kebebasannya untuk mendengar sesuatu yang nyaman dan baik. Betuull?

Yang lebih menggelikan lagi, ada juga kasus, sebut saja si-E yang ngetweet mengkritisi acara TV, yang menurut dia norak dan kampungan. Ketika ada yang protes dan gak sependapat, dia langsung posting tweet balasan begini: "Orang bodoh adalah yang nggak tau di mana letak tombol Unfollow..!

Wuihh kerenn...! Nahh..?! bukankah dalam kasus acara TV norak itu, seharusnya dia juga bisa dengan mudah untuk bertindak PINTAR dengan segera pindah Channel saja?

Kesimpulannya, selama kita ada di ruang web, meski itu akun pribadi, tulisan kita akan terbaca oleh orang lain. Walaupun orang itu tidak memfollow kita (Twiter), toh tweet kita akan muncul juga di Google Search, misalnya. Apalagi jika tweet itu menyangkut urusan publik.

Sudahlah... piss Maan....! Semoga bermanfaat dan bisa jadi pelajaran terutama buat saya pribadi. Tidak ada sedikitpun kebencian saya dalam menulis ini, hanya sebel aja liat orang angkuh dan gak bertanggung jawab (Halahh podo wae... hehe...). Nggak lah... yang jelas, silahkan bebas bicara apa saja, tapi bersiaplah untuk bertanggung jawab dengan bijak jika ada yang gak sependapat.

Itu saja.... :)
Read more ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis

follow