Jika tidak sedang menonton, anda pasti sedang ditonton. Sebab drama adalah anda, saya dan secuil ruang dunia yang sedang kita bagi ini....
25 November 2007

Gondrong Opo Salak?

(So sorry I really can't translate it to any languages)

Malem-malem, seorang sahabat seprofesi saya datang tergopoh-gopoh. Meletakkan ransel, melepas jaket, menyalakan rokok lalu menatap saya. Tajam, serius dan meyakinkan, bahkan sebelum saya sempat menawarinya mau minum kopi panas, sirup kopi atau jus kopi seperti biasanya (don't ever try this at home!).

"Bro, aku mau bikin film dokumenter. Equipment, crew, everything sudah ready semua…!" katanya mantab sekali.

"Wah syipp! Dapet sponsor neh... berarti ke sini pasti mau ngasi aku job ya.." saya pun ikut sueneng.

"Bukan gitu, maksudku ke sini mau nanya, apa ente punya tema dokumenter yang bagus nggak?"

Gleg...!

Saya tiba-tiba jadi senep, bukan karena nggak dikasi job. Tapi kaget aja, kok bisa, mau berkarya kok content-nya baru dicari-cari belakangan?! Apa itu gak sama aja nyiapin piring dan sendok duluan, baru bertanya 'makan apa yak?' Hmm...

Sepengetahuan saya, ada saat kepala terasa mau meledak setelah melihat, mendengar, merasakan berbagai hal di sekitar kita, saat itulah saya biasanya menumpahkannya menjadi suatu karya apapun bentuknya, at least SMS. Bahasa gaulnya berekspresi gitulah... Dengan begitu saya berharap tahu dan paham betul apa yang akan saya bicarakan atau lakukan. Mungkin karena itu juga kenapa saya merasa stupid kalo disuruh bikin misalnya sundel bolos, suster ngepot dan spesies lain serupa itu. Tapi okelah.., teman saya bilang stupid is delicious . I think I need to try it anyway, hehe..

Berbeda dengan teman saya yang satu lagi. Sejak bertahun-tahun lalu saya melihat dia termasuk orang dengan pemikiran-pemikiran yang brillian. Bahkan ia juga cukup getol mempelajari hal-hal teknis dan toritis sebelum dia benar-benar melangkah. Sialnya, justru karena itu ia kemudian terjebak dalam ketakutannya sendiri dan tidak kunjung berkarya sampai hari ini. Menurutnya ia masih merasa belum mampu dan malu jika belum benar-benar menguasai teori.

Oh my Lord... plis deh, dong... teori mana yang bisa berhenti pada suatu titik beku tertentu? Yang ada juga teori dengan style-style baru yang akan terus bermunculan. Kalo kita berpikir bahwa berkarya itu sekedar unjuk kebolehan, kuntilanak pun ngga' akan pede untuk berkarya (kok kuntilanak?).
Tetap pada keyakinan saya, karena berkarya itu hanyalah mengeluarkan isi kepala secara apa adanya dan setiap kepala berbeda-beda isinya.

Emang sih, yang parahnya banyak juga yang belum sempet ngisi kepalanya sudah berkarya, laku dan kaya pula. Udah gitu episodenya diperpanjang, dapet penghargaan lagi. Habis itu jelas, yang lain ikut-ikutan. Hmm.. I lllooove this generation...

Jadi inget, saya pernah ketemu laki-laki gondrong yang menyapa saya di sebuah pertokoan. Saya hampir pangling, ternyata dia itu teman lama saya. (Teman mulu? Iya, soalnya kucing saya ngga gondrong...)

"Wah, kerrenn.. sekarang jadi gondrong gini ya?" kata saya kagum.

"Hehe.. iya neh, soalnya minggu depan aku mau kursus gitar...!"

Dhuengg...!!!

hmmm... Gondrong Opo Salak...?


Read more ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis

follow