Jika tidak sedang menonton, anda pasti sedang ditonton. Sebab drama adalah anda, saya dan secuil ruang dunia yang sedang kita bagi ini....
14 Mei 2011

Eat Pray Love

Review ini sebenarnya sudah lama saya post secara parsial di twitter, tepatnya sehari setelah saya nonton film ini di bioskop. Cuma sekarang baru sempat meng-compile kembali di blog ini. Maklum, sibuk. (Baiklah.. itu versi lain dari maless.. :D)

Kegetolan saya nonton film ini memang tidak lepas dari hebohnya Indonesia membicarakan film yang dibintangi Julia Robert ini karena lokasi shootingnya yang melibatkan Bali. Ya, memang Indonesia begitu heboh. Tak kurang dari Menteri Budpar, jauh hari tak henti-hentinya mengkampanyekan film ini di berbagai stasiun TV. Sebuah perlakuan yang sangat istimewa, sampai-sampai saya sempet ngiri, andai pemerintah memperlakukan film Indonesia seperti ini…

Baiklah… Secara konsep, saya berpendapat, ini film bagus dengan materi bahasan yang mendalam dengan tiga set lokasi berbeda; Italy yang merepresentasikan makanan, India dengan spiritualitasnya dan Bali yang digambarkan sebagai muara tempat berlabuhnya jawaban atas perjalanan cinta maupun spiritualitas itu.

Ya, Eat Pray Love memang bukan cerita baru bagi tradisi film-film Amerika. ia hanyalah pencarian solusi yg amburadul bagi personal problem tipisnya spiritualitas khas org Amrik. Nah, atas problematika tersebut, saya merasa film ini kurang tegas dalam memposisikan masing-masing karakternya. Di mana-mana saya menemukan kegamangan jawaban-jawaban spiritual yg sejujurnya menurut saya kurang sepenuhnya menjawab.

Karakter Ketut sebagai tokoh spiritual yang bijak di Bali sebenarnya cukup kuat. Dialah muara jawaban dari seluruh perjalanan problem spiritual JR menemukan titik terangnya. Namun itu sedikit terkikis justru menjadi anti klimaks dengan hadirnya karakter pacar JR asal Brazil yang sudah lama tinggal di Bali.

Pacar Brazil di Bali..! Hmmm… dari gatel, kini bokong saya mulai memanas di sini. Kenapa? Pertama, hanya gara-gara orang Brazil di Bali, frame yang berisi landscape sawah dan penduduk asli Bali, eee.. backsoundnya kok dikasih musik latino. Plis deh dong…! Yang kedua, apa nggak lebih oke jika Julia Robert jatuh cinta sama orang lokal Bali aja biar set cerita di Bali ini gak kerasa terlalu maksa. Jauh-jauh dari Amrik ke Bali, ketemunya orang Brazil which is Amrik juga. hadeeh…

Yang juga saya sayangkan, Director sepertinya kekurangan energy untuk mengeksplore segitu banyaknya landmark Bali yang cukup iconic di mata dunia. Yang ada justru beberapa sudut kecil yang ambigu, seperti pasar buah tradisional yang sebenarnya ada di seluruh Indonesia.

Sialnya, itu semua diperburuk dengan hadirnya tokoh yang diperankan Christine Hakim sebagai seorang single parent yang jago dalam hal pengobatan tradisional. Meski acting mbak Christine cukup bagus, tapi di sini Bali jadi semakin absurd, Bali kok justru lebih mirip atmosfir Tiongkok tradisional. Sialnya lagi, (kok kebanyakan sial ya??… bodo ah..) Christine Hakim punya anak cewe cantik dan lucu, yang bahasa inggrisnya itu loh.. jago buanget untuk ukuran anak Bali seusia itu. Automatically langsung mengingatkan saya pada anak-anak International School di Jakarta.

Kecuali catatan diatas, untuk eksplorasi antropologis sisanya di masing-masing set (Italy, India, Bali) saya anggap cukuplah. Nah, truss yang ini gak kaget. Ini sangat typical Hollywood, yup! seperti biasa, 'Kissing before Ending…!'  "Hmmm… but can you guys, find another way pliiiiiis….?"

Biasanya, saya termasuk yang bisa menikmati flow lambat dari sebuah film. Tapi dengan berat hati saya harus jujur, bahwa di film ini bokong saya sudah gatel sejak seperempat jam awal. Gimana nggak, director mengeksplore tiap-tiap set maupun adegan secara berulang-ulang untuk sebuah ungkapan dengan tujuan yang sama dan itupun begitu monoton. Gampangnya, andai saya boleh ngomong saat itu, saya akan teriak  "iya..iya.. ane udah paham kalee…"

Kesimpulannya, untuk nonton Eat, Pray, Love ini saya sarankan, you better Eat before watching, Pray to be ended soon, then you can go home to make Love…. hehe.. piss....
Read more ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis

follow