Jika tidak sedang menonton, anda pasti sedang ditonton. Sebab drama adalah anda, saya dan secuil ruang dunia yang sedang kita bagi ini....
30 September 2013

Sepak Bola Indonesia dan Analisa Kebetulan

Setelah kita dibuat kagum dan bangga oleh adik-adik squad Timnas Garuda U-19 yang berhasil menggondol juara AFF U-19 2013, tadi malam kita pun cukup dipuaskan oleh penampilan Timnas U-23 dalam laga final ISG-III, meski hanya meraih posisi runner up di ajang ISG setelah tumbang dari tim bagus Maroko. Gak apa-apa lah... Yang penting Seagames nanti harus lebih wow!

Tulisan saya di sini tidak hendak menambah lagi bermacam analisa teknis atau kritikan dan pujian yang memang sudah kebanyakan itu, tapi saya cuma menyampaikan suatu 'ganjalan' yang boleh dibilang lucu, aneh dan cenderung metafisik (wuidiiihh... dukun kalee...).

Emmm... Jadi gini... Setelah saya coba track back beberapa pertandingan Timnas belakangan ini, baik senior maupun junior, ada semacam fenomena (atau katakanlah kebetulan) yang menurut saya menarik, lucu sekaligus menjengkelkan, yaitu tiap kali Timnas bertanding dan di skybox atau tribun VVIP ada tokoh-tokoh politik yang unjuk muka, timnas selalu saja kedodoran. Hehe... Kalo gak percaya juga boleh loh...

Coba kita intip lagi ya, saat Seagames 2011 lalu, perjalanan Timnas U-23 begitu mulus sampai lolos semi final. Begitu Final, penonton berjubel memenuhi GBK dengan harapan besar. Seluruh Indonesia pun berharap melalui siaran langsung televisi. Maka moment tersebut buru-buru dimanfaatkan oleh para politisi dan pejabat untuk berunjuk muka, syukur-syukur kalau dianggap berjasa paling tidak bersemangat membela pasukan Garuda. Hasilnya? Anti klimaks. Di final yang riuh itu timnas Indonesia justru dibekuk Malaysia lewat drama adu penalti.

Terus apa lagi? Nah, masih hangat di ingatan kita, belum lama ini timnas senior beberapa kali menyambut tantangan pemain-pemain kelas dunia tak kurang dari timnas Belanda dan club-club raksasa liga inggris sono. Okelah, memang sulit untuk bisa menang dari mereka. Tapi coba lihat hasil laga mereka berikut.

Saat Melawan timnas Belanda, timnas Indonesia kalah telak 0-3. Waktu itu tribun VVIP yang selalu disorot kamera dipenuhi para politisi dan pejabat seperti sekjen partai demokrat, Ibas, putra kedua presiden SBY, ada Anindya Bakrie dan lain-lain dan tentu saja Menpora yang ikut turun menyalami para bintang lapangan sambil melambai-lambaikan tangan.

Di laga berikutnya lawan Arsenal, rupanya kali ini partai lain yang tak mau kalah, merasa perlu memanfaatkan momen besar itu sebagai ajang campaign ambisi mereka. Tak Kurang dari sepasang capres dan wakilnya pun dengan maksimal unjuk muka, sampai-sampai ikutan turun ke lapangan menyalami para pemain satu persatu meski dari tribun terdengar teriakan "huuuu...!". Sumpah, ini bikin pertandingan inti jadi kelamaaaan. Hasilnya? Kita dibantai 0-7 sodara-sodara...

Entah kenapa di laga setelah itu melawan Liverpool, tribun VVIP jadi sepi. Tak ada orang partai, tak tampak politisi yang melambai-lambai, bahkan Menpora pun tak hadir. Dan hasilnya, meski kalah, kita hanya kalah 0-2 itupun dengan alot, timnas Indonesia bermain bagus saat itu. Tapi kekalahan itu wajarlah dan tidak memalukan untuk kalah tipis dari club yang mempunyai track histori panjang seperti Liverpool.

Nah, pada laga melawan Chelsea, eh, kenapa pula para politisi tersebut kembali berdatangan dan juga salam-salaman lagi. Hadeeh... Saat itu juga saya langsung pessimis bahkan sebelum kick off dimulai. Benar saja, timnas Garuda dibantai Chelsea 1-8. Kalah ya kalah, tapi mbok ya yang kelihatan ada perlawanan gitu lho (ngomong sama remote TV). Hmmm...

Sudah selesai? Sayangnya beluuuum. Laga yang masih hangat, perjalanan timnas U-23 di Islamic Solidrity Games boleh dibilang cukup mulus. Saya gak pernah lihat politisi bahkan Menpora hadir selama babak penyisihan group maupun semifinal. Hasilnya kita lolos ke final. Nah, saat final inilah tampak Menpora dan Gubernur Sumatra Selatan berikut jajarannya di sana dan lagi-lagi timnas kita anti klimaks, kalah di final bahkan dengan tim yang pernah kita kalahkan di babak penyisihan group. Hmmm...

Trus gimana dengan laga AFF U-19 di Jawa Timur kemaren? Syukurlah, dari babak penyisihan, semi final sampai final tidak terlihat ada aktifitas politisi di sana. Paling tidak gak massive di kamera. Menpora pun di final tidak bisa hadir. Hasilnya kita tahu. Timnas Garuda Jaya U-19 pun menjadi juara dengan memboyong piala yang selama sekian tahun hanya mampu kita impikan. Alhamdulillah...

Hehe... Jangan terlalu dipikirkan analisa 'kebetulan' yang aneh ini sodara-sodara. Cukup kita rasakan betapa sepak bola kita yang memiliki potensi luar biasa itu, saat ini hanya berpredikat bukan siapa-siapa. Sudahlah, biarkan persepakbolaan kita diurus ahlinya. Biarkan mereka yang bekerja keras itu sajalah yang mendapat tepuk tangan dari Dua Ratus Juta rakyat Indonesia. Anda para politisi, carilah tepuk tangan di lain tempat jika masih tersisa. Semoga inilah saatnya kebangkitan sepak bola milik rakyat Indonesia benar-benar terwujud.

Amiiin...
Read more ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis

follow