Tersendat, tercekat luluh untuk pertama kalinya setelah sekian tahun hampir terlupakan.
Suara-suara itu melantun secara apa adanya, secara kampungan dari corong masjid yang juga sudah lama tak lagi menggeletar di gendang telingaku.
Suara-suara dalam dan indah itu yang dulu menggandeng tanganku, membimbing hatiku tiap kali Ramadhan menjelang.
Hiruk dalam sepi, sejuk dalam kering diri seorang laki-laki kecil yang tak pernah merasa memiliki maupun dimiliki oleh siapapun.
Laki-laki kecil sombong keras-kepala, yang kelak akan jatuh bangun dalam sujud-sujud pemikirannya sendiri, membangun mimpi-mimpinya hanya berdua dengan Penciptanya, lalu membuktikan sedikit senyum sebelum kembali tertunduk dalam tangis, pada Ilahnya..
dan malam ini, masih seperti malam-malam kemarin, kembali membisikkan sesuatu yang sama di hati ini. "Tak banyak yang mengerti engkau wahai laki-laki kecil, tak banyak yang sanggup memahami mimpi terlampau besar-mu. Tapi tetaplah tegap dan bersyukur menjadi dirimu sendiri, seperti biasanya...
Marhaban Yaa Ramadhan..
suara tarhim itu kembali membasahi rongga ini, meski hari-hari penuh berkah itu tak lagi seindah dulu, ketika aku bisa benar-benar hanya berdua dengan Ilah-ku....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar