Jika tidak sedang menonton, anda pasti sedang ditonton. Sebab drama adalah anda, saya dan secuil ruang dunia yang sedang kita bagi ini....
06 Agustus 2007

Selamat Jalan Pak Noor...

Secuil kenangan terakhir bersama beliau...


Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un….

Hari ini, Senin 6 Agustus 2007 pukul 2 dini hari. Seorang sahabat, guru, dan partner buat saya, NOOR WA, begitu Dramawan, Aktor, Sutradara dan Seniman luar biasa itu biasa disebut-sebut, telah pergi menghadap Sang Pemilik Jiwa, di usia 59 tahun.

Seperti ada palu godam menghantam keakuan saya saat kabar itu datang pagi-pagi. Sebab baru tadi malam saya jenguk beliau langsung setelah ada kabar bahwa beliau masuk rumah sakit. Sempat saya elus pundaknya sambil membisikkan ”sabar ya pak, cepat sembuh, tugas kita belum selesai....”

Sebulan lalu saya diundang ke rumah (kontrakan) beliau:

”Dik Sigit, ini saatnya aku harus membuat masterpiece karya terakhirku. Aku wis tuwo dik..! Saat ini aku percaya Dik Sigit bisa nyutradarai naskahku ini...,” barulah beliau benar-benar melepaskan sebundel naskah agak kumal dari tangannya meski telah disodorkan dari tadi ke arah saya.

Sebuah judul besar di cover: ”TARIAN SUKMA”, film screenplay.

Spontan saya tersenyum, beliau pasti bercanda. Itu naskah yang sinopsisnya pernah diceritakan kepada saya dulu di sela shooting saat beliau bermain di film saya ‘LTB’. Dan itu pun sudah membuat saya bergidik waktu itu. Rencananya beliau akan sutradarai sendiri naskah itu. Jika bener-bener terlaksana, ‘Tarian Sukma’ akan jadi satu film Indonesia yang luar biasa, yang layak dibanggakan, pikir saya waktu itu. ”Ini film harus masuk 21 (Twenty One). Saya dukung pak..!”

Tapi malam itu saya menangkap sorot yang terlalu serius dari mata beliau.

”Serius, pak? Apa ga salah?!”, senyum saya berubah jadi kecut. Ternyata, sorot mata itu tidak berubah seperti yang saya harapkan. ”Lha... lha dananya...?”

Secangkir kopi dan asap rokok malam itu memulai hari-hari kami memeras otak dan intuisi untuk menggodog naskah hebat itu. Terhitung sudah 3 kali kami bertemu dengan seorang Penyandang Dana dari Semarang yang begitu antusias dan tertarik untuk memproduksi film itu. Semua berjalan begitu dan begitu, hanya menunggu waktu dana itu cair. Meski saat ini saya sendiri belum berpikir bagaimana kelanjutannya setelah beliau keburu pergi, sedikit seperti putus asa...

Apapun, begitulah saya mengenang sosok NOOR WA yang selalu menyiratkan semangat idealisme tinggi untuk kali terakhir. Masih terlalu banyak tentang perjalanan dan perjuangan beliau yang tidak akan pernah punya cukup spasi untuk ditulis di halaman media manapun. Satu hal yang saya sesalkan, saya kenal dekat dengan beliau justru di saat-saat terakhir beliau menghirup oksigen bersama-sama.

Tumpukan naskah berkelas dan masih hanya naskah sampai akhir hayat beliau itu, sepatutnya menjadi PR buat generasi kini, buat harga diri bangsa ini. Sudah saatnya kita musti lebih bertanggung jawab menyuguhkan sesuatu yang berkelas untuk konsumsi otak bagi anak-cucu bangsa ini kelak. Itu pun jika kita masih mau disebut sebagai sebuah bangsa yang berbudaya, beradab. Sebab anak-cucu kita kelak tidak hanya butuh hiburan seadanya dari sebuah tontonan, tapi mereka lebih membutuhkan sesuatu yang sedikit lebih bertanggung-jawab dari kita untuk suplai otak dan mental mereka. Seperti buku, film bukanlah semata-mata menjadi hiburan. Meski mau gak mau kita memang terhibur namun juga bisa belajar dari sebuah film (yang bagus).

Selamat jalan Pak Noor... semoga Sukmamu bebas terbang dan menari indah entah di mana. Sebab di sini Tarian Sukma terlalu sulit untuk didendangkan dalam hiruk-pikuk ego kapitalisme ini...

Title: Selamat Jalan Pak Noor...; Written by Sigit Ariansyah; Rating: 5 dari 5

5 komentar:

  1. Sore ini betul-betul indah
    Candik Ayu semburat kuning
    Membuat wajah kalian cantik
    dilapis emas senja.

    Cuplikan Naskah Drama Karya NOOR WA
    Megatruh Di Ujung Senja.

    Selamat Jalan Sutradaraku, Temanku, Guruku.

    Joko ex Teater Jeprik

    BalasHapus
  2. Pak Noor WA dulu guru saya sewaktu di jogja, kami pun bahas soal naskah TARIAN SUKMA..dulu kami punya sanggar bareng dia, ANAK JAGAD LINTAS BUDAYA...lokasi yang kami hunting untuk TARIAN SUKMA antara lain Candi Abang di bantul..tp memang ada masalah intern sewaktu itu, karena beliau juga guru spiritual. Well, seperti beliau sering berkata:"Tak untel tangisku..."

    BalasHapus
  3. ini pak de aku...
    kangen ama pak de noor...

    BalasHapus
  4. saya baru nemuin tulisan ini...terima kasih atas perhatian mas Sigit dan kawan2 kepada Almarhum bapak saya.


    Paksi Raras Alit

    BalasHapus
  5. Mas Noor W.A......
    Hmmmm...sang sutradara itu telah pergi...

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis

follow